SUARAAKADEMIS.COM||Di dunia ini, salah satu anugerah terbesar yang kita miliki adalah kehadiran orang tua yang merawat dan mencintai kita tanpa pamrih. Namun, sering kali kita lupa betapa berharganya mereka dalam kehidupan kita, hingga akhirnya waktu membawa kita pada penyesalan yang tak mungkin dibayar kembali. Kisah dari Jepang ini bisa menjadi pengingat kuat bagi kita semua untuk selalu memuliakan dan menghormati orang tua kita sebelum terlambat.
Dahulu di Jepang, ada sebuah tradisi yang cukup memilukan, yaitu membuang orang tua yang sudah lanjut usia dan tidak berdaya ke dalam hutan. Tradisi ini dilakukan dengan tujuan agar anak-anak tidak merasa terbebani oleh orang tua yang tidak lagi produktif dan memerlukan perawatan. Orang tua yang dibuang adalah mereka yang sudah lemah atau menderita penyakit sehingga dianggap hanya akan memberatkan kehidupan anak-anaknya yang berjuang untuk bertahan hidup.
Suatu hari, seorang pemuda hendak mengikuti tradisi tersebut dengan membawa ibunya ke dalam hutan. Sang Ibu yang sudah lumpuh dan agak pikun ini dipikulnya melewati jalan setapak menuju hutan yang lebat. Pemuda itu mungkin merasa berat hati namun merasa terpaksa menjalankan tradisi tersebut. Ia terus berjalan sambil berusaha menahan perasaan sedih yang mulai merasuk di dadanya, tak menyangka ia harus melakukan hal ini kepada orang yang pernah memberinya kehidupan.
Sepanjang perjalanan, Sang Ibu yang tampak lemah terus berusaha menggapai ranting pohon yang ada di sekitarnya. Dengan tangan yang sudah lemah, ia mematahkan ranting-ranting itu dan menaburkannya di sepanjang jalan yang mereka lalui. Pemuda itu sempat heran melihat tindakan ibunya namun tak terlalu menghiraukannya, hanya fokus untuk mencapai tempat yang sudah dipilihnya jauh di dalam hutan.
Setelah mencapai kedalaman hutan yang cukup jauh, sang pemuda akhirnya menurunkan ibunya dari gendongan dan mengucapkan kata perpisahan dengan suara yang bergetar. Ia menundukkan kepalanya dan berusaha menahan air mata yang tak terbendung lagi. Betapa ia tak pernah menyangka akan sampai pada hari di mana ia harus meninggalkan ibunya sendirian di tengah hutan yang sunyi dan penuh bahaya. Namun, ia merasa tradisi ini harus dijalankan demi masa depan yang lebih baik bagi dirinya sendiri.
Di tengah suasana yang mengharukan itu, justru Sang Ibu yang tampak lebih tegar. Ia tersenyum penuh kasih sayang, dan dengan suara yang lembut, ia berkata, “Anakku, Ibu sangat menyayangimu. Sejak kau kecil sampai dewasa, Ibu selalu merawatmu dengan segenap cinta dan perhatian. Bahkan hingga hari ini, rasa sayang Ibu padamu tidak pernah berkurang sedikit pun. Ibu hanya ingin memastikan agar kau bisa pulang dengan selamat, oleh karena itu Ibu menandai jalan dengan ranting-ranting tadi. Agar ketika kau kembali dari sini, kau tidak tersesat dan bisa sampai ke rumah dengan selamat.”
Mendengar kata-kata itu, sang pemuda terdiam. Hatinya tersentak dan air matanya pun tumpah. Ia baru menyadari bahwa cintanya sebagai seorang anak tidak sebanding dengan cinta seorang ibu. Ibu yang bahkan di saat paling menyakitkan pun tetap memikirkan keselamatan dan kebahagiaan anaknya. Perasaan penyesalan yang dalam menyelimuti dirinya. Ia merasakan betapa besar pengorbanan dan kasih sayang ibunya yang tak ternilai, yang tak pernah meminta imbalan apa pun, hanya berharap kebaikan untuk anaknya.
Dengan segera, pemuda itu memutuskan untuk mengurungkan niatnya. Ia memeluk ibunya dan berjanji dalam hati untuk menjaga dan merawatnya sebaik mungkin hingga akhir hayat. Ia sadar bahwa orang tua bukanlah beban, melainkan sumber cinta dan restu yang tak tergantikan dalam hidupnya. Kisah ini menyadarkan kita bahwa seberapa pun lelah atau beratnya merawat orang tua, tak akan pernah sebanding dengan kasih sayang yang telah mereka curahkan sejak kita lahir.
Kisah ini mengajarkan kita semua akan arti bakti kepada orang tua. Orang tua yang merawat kita sejak kecil hingga dewasa adalah sosok yang patut kita muliakan. Jangan sampai kita menyesal karena tidak memberikan yang terbaik pada mereka, karena waktu yang diberikan kepada kita bersama orang tua takkan bertambah, ia hanya akan berkurang setiap harinya. Perhatikanlah mereka, bahagiakanlah mereka, dan berikan perhatian yang tulus selama kita masih memiliki kesempatan.
Pada akhirnya, memuliakan orang tua bukanlah sekadar tradisi atau kewajiban, melainkan sebuah panggilan hati yang seharusnya muncul dari rasa cinta dan syukur atas keberadaan mereka. Jangan sampai kita terlambat untuk menyadari betapa berharganya mereka. Mari muliakan orang tua kita, rawat mereka dengan penuh kasih sayang, karena kebahagiaan sejati adalah ketika kita bisa memberikan cinta yang tulus kepada mereka yang telah memberikan segalanya tanpa pamrih.