Abdul Aziz, Penasihat PW. Persatuan Islam (Persis) Sumut
SUARAAKADEMIS.COM||MedanPada tanggal 30 September 59 tahun silam menorehkan luka mendalam bagi bangsa Indonesia, dengan terjadinya
tragedi kemanusiaan
yakni peristiwa pemberontakan G30S/PKI tahun 1965.
Sudah banyak kajian dari berbagai perspektif dan pandangan, namun hal ini tetap perlu menjadi catatan kelam anak negeri.
Pada tahun 1965 kala itu sistem pemerintahan Indonesia adalah NASAKOM (Nasionalis, Agama dan Komunisme) dengan bentuk demokrasi terpimpin dibawah pemerintahan Soekarno.
PKI pada saat itu dibawah pimpinan Dipa Nusantara Aidit dengan gencar melakukan aksi kudeta dan pemberontakan, peristiwa G30S adalah penculikan serta pembunuhan terhadap enam Jenderal dan satu perwira Pertama TNI AD.
Enam Jenderal yang gugur dalam peristiwa G30S PKI adalah Jenderal (Anumerta) Ahmad Yani, Mayjend R. Soeprapto, Mayjend MT, Haryono, Mayjend, S. Parman, Brigjend DI Panjaitan, Brigjend Sutoyo Siswomiharjo, Perwira Pertama Pierre Andreas Tendean, dan Brigadir Polisi KS. Tubun
Setidaknya, sejak Indonesia merdeka 17 Agustus 1945 sampai sekarang, sudah dua kali terjadi peristiwa pemberontakan PKI di Indonesia.
Tujuannya adalah untuk merebut kekuasaan dari pemerintahan yang sah dan menafikan Pancasila dari dasar negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia dengan upaya mengganti dengan bentuk lain yakni ideologi komunisme.
Hal itu dapat dibuktikan dengan dua kali peristiwa pemberontakan yang dilakukan PKI dan antek-anteknya.
Pertama terjadi peristiwa pemberontakan Madiun tahun 1948.
Berikut, pemberontakan PKI yang kedua terjadi di Jakarta pada tahun 1965 peristiwa tersebut terjadi tepat 30 September 1965.
PKI merupakan salah satu partai tertua dan terbesar di Indonesia, pada Pemilu 1955, PKI berhasil meraih 16,4 persen suara dan menempati posisi keempat dibawah PNI, Masyumi, dan NU.
Setelah peristiwa pemberontakan G30S PKI Pemerintah Indonesia
Melalui Ketetapan MPRS Nomor XXV/MPRS/1966 membubarkan Partai Komunis Indonesia, sebagai organisasi terlarang di seluruh Wilayah Negara Indonesia untuk menyebarkan atau mengembangkan faham ajaran Komunis/Marxisme-Leninisme.
Khatimah.
Melihat dari perjalanan sejarah, akankah komunis bangkit kembali di Indonesia?
Jawabannya tergantung kepada kesadaran dan kepekaan kita sebagai pewaris negeri.
Apakah kita merasakan ada upaya memecah belah kesatuan bangsa dan umat Islam khususnya? Apakah kita merasakan upaya melecehkan agama serta terhadap para pemimpin agama khususnya Islam?
Dan apakah lahan-lahan dan sumber daya alam telah dikuasai kelompok-kelompok tertentu?
Adakah dirasakan gelagat menunjukkan upaya ingin membangun dan mengendalikan ideologi negara ditangan kekuasaan!.
Jika,pertanyaan-pertanyaan tersebut menggelayut, berpendar dipikiran kita itu benar adanya maka….
Waspadalah!