Penulis : Grace Sondang Uli Marina Ambarita
Suaraakademis.com.|Jakarta — Pendahuluan: Gereja sebagai organisasi sekaligus sebagai organisme tidak terlepas dari berbagai aspek-aspek didalamnya. Gereja sebagai milik Allah diutus untuk mewartakan belas kasih Allah ditengah keberagaman hidup yang ada.
Dalam menunjukkan identitasnya, organisasi gereja seharusnya tidak bersifat tertutup melainkan harus bersifat dialogis. Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa dan menemukan organisasi gereja yang dialogis.
Metode: Metode yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi literatur dengan pengumpulan data melalui berbagai buku dan jurnal-jurnal yang berkaitan dengan topik yang dikaji. Hasilnya: 1.Gereja sebagai Organisasi dan Organisme sebaiknya bersifat dialogis. 2.Mewartakan belas kasih Allah melalui organisasi gereja yang dialogis. Kesimpulan: Gereja sebagai organisasi dan organisme terpanggil untuk mewartakan belas kasih Allah melalui organisasi Gereja yang dialogis
Pengertian
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Warta artinya berita; kabar sedangkan mewartakan berarti menyampaikan warta, mengabarkan, memberitahukan. Organisasi diartikan sebagai: 1.kesatuan (susunan dsb) yang terdiri atas bagian-bagian (orang dsb) dalam perkumpulan dan sebagainya untuk tujuan tertentu. 2. Kelompok kerja sama antara orang yang diadakan untuk tujuan bersama. Gereja diartikan sebagai: 1.Tempat ibadah umat Kristen, gedung (rumah) tempat berdoa dan melakukan upacara agama Kristen. 2. Badan (organisasi) umat Kristen yang sama kepercayaan, ajaran, dan tata cara ibadahnya. Dialogis berarti bersifat terbuka dan komunikatif.
I. Gereja sebagai Organisasi
Ciri-ciri Organisasi Gereja.
Adanya orang-orang percaya kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juru Slamat (Grosman, Rogahang, dan Lumi 2021).
Adanya Manajemen Organisasi Gereja.
Manajemen dapat dianggap sebagai: berlangsung dalam pengaturan organisasi dengan peran yang ditentukan, diarahkan pada tujuan, mencapai tujuan melalui orang-orang, menggunakan prosedur dan sistem (Mullins,2016).
Adanya Visi dan Misi.
Apabila tidak ada visi, masyarakat menjadi liar, anarkis dan kacau balau. Sebab di mana tidak ada visi, di sana sesungguhnya tidak ada pemimpin (Andrias Harefa).
Substansinya adalah organisasi tidak akan berjalan dengan baik tanpa visi yang mampu memberikan inspirasi, membangkitkan motivasi, melejitkan antusiasme untuk berkarya, menanamkan nilai-nilai perjuangan dan kerja keras yang luar biasa hebat. Misi gereja adalah mendatangkan shalom, maka artinya gereja-kita mempunyai tugas mengupayakan kesejahteraan manusia yang seutuhnya.
Adanya Ibadah dan Liturgi.
Ibadah adalah perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah yang didasari ketaatan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Liturgi adalah untuk memampukan orang-orang meritualisasikan dan mengekspresikan bersama-sama dalam ibadah hubungan mereka dengan Allah. Liturgi meritualisasikan dan menyelenggarakan ibadah sebagai hubungan iman yang hidup antara umat dengan Allah dan perjanjian Allah dengan umat.
Akan tetapi, liturgi tidak hanya untuk mengekspresikan hubungan iman itu, liturgi juga memperdalam dan mempromosikan hubungan iman. Liturgi timbul dari iman Kristen yang hidup dan harus kembali meningkatkan iman Kristen yang hidup.
Liturgi sedang mensponsori orang-orang ke arah iman Kristen yang hidup.
Unsur Pembentuk Organisasi Gereja.
Taliziduhu Ndraha mengatakan bahwa ada beberapa pembentuk budaya organisasi, diantaranya: Pendiri organisasi, Pemilik organisasi, Sumber daya tenaga asing, Eksternal Organisasi, Orang yang berkepentingan dengan organisasi, Masyarakat. Sedangkan, H. Prihartono mengatakan ada 3 unsur pokok penting dalam organisasi, yaitu: pengurus, tujuan dan struktur organisasi.
Sementara Halim Wiryadinata menguraikan tentang prinsip Manajemen berkaitan dengan sumber daya manusia yang bekerjasama dalam upaya terkoordinasi untuk mencapai tujuan. Sumber daya manusia merupakan unsur utama agar tujuan dapat tercapai, namun harus berjalan secara harmonis.
Oleh sebab itu, yang menjadi unsur penting dalam pembentuk Organisasi Gereja terdiri dari: Sumber daya Manusia (yaitu Jemaat), Prinsip Manajemen organisasi Gereja, dan tujuan Organisasi Gereja tersebut.
Asas Organisasi Gereja.
Sebagai Organisasi Gereja, terdapat beberapa Asas-asas Organisasi Gereja yang harus diperhatikan, yaitu:
1.Asas Tujuan
Asas tujuan organisasi ini merupakan bagian terpenting dalam menentukan struktur organisasi serta sebagai perumusan tujuan yang bersifat jelas dan rasional. Asas ini adalah langkah awal yang dilakukan pada organisasi untuk merancang beberapa tujuan yang akan dibentuk dan dicapai. Tujuan organisasi akan berperan sebagai pegangan, landasan serta pedoman bagi organisasi yang akan dibawa kearah kemana kedepannya. Dengan adanya tujuan dalam organisasi akan menentukan bagaimana tindakan dan aktivitas yang akan dilakukan dalam mencapai tujuan yang telah dibuat tersebut.
2.Asas Kesatuan Tujuan
Dalam suatu organisasi yang harus ada ialah kesatuan tujuan yang ingin dicapai dengan bersama-sama. Tanpa adanya kesatuan tujuan bersama oleh para anggota yang tidak berperan, tidak berusaha dan tidak berupaya dalam mencapai sebuah tujuan, maka organisasi tersebut tidak akan berjalan dengan lancar. Untuk mencapai tujuan bersama dalam berorganisasi akan diperlukan kerjasama oleh semua orang yang ada di dalam organisasi.
3.Asas Kesatuan Perintah
Asas kesatuan perintah adalah sebuah prinsip yang mewajibkan seluruh bawahan untuk menerima perintah dan memberikan tanggung jawab hanya kepada satu orang pemimpin, tapi sebaliknya pemimpin bisa memerintah beberapa bawahan.
4.Asas Rentang Kendali
Rentang kendali adalah jumlah pegawai, karyawan ataupun bawahan yang bisa dikelola secara efektif oleh seorang manajer atau supervisor pada satu waktu. Bahkan dalam organisasi yang sama, ruang lingkup pengendalian dalam suatu unit operasi (departemen) mungkin berbeda dengan unit kerja lainnya, pada suatu organisasi adanya rentang kendali ini penting karena dapat mempengaruhi efektifitas organisasi dalam menjalankan tugasnya.
5.Asas Pendelegasian.
Pendelegasian sebuah wewenang atau kuasa adalah salah satu prinsip pokok dalam setiap organisasi yang memiliki kejelasan dan keefektifan. Delegasi wewenang merupakan hak seorang untuk mengambil tindakan yang diperlukan agar tugas dan fungsi-fungsi dapat dilaksanakan sebaik-baiknya, yang termasuk dalam delegasi wewenang diantaranya wewenang mengambil keputusan, wewenang menggunakan sumber daya, wewenang pemerintah, wewenang memakai batas waktu yang telah ditentukan dan lain sebagainya.
6.Asas Keseimbangan dan Tanggung jawab Dalam asas ini berarti bahwa harus ada keseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab. Seorang pemimpin atau atasan dalam pemberian wewenang kepada bawahannya memiliki hak untuk mengajukan pertanggung jawaban yang sama atas wewenang yang telah diberikan, jangan sampai menuntut pertanggung jawaban yang melebihi wewenang.
7.Asas Tanggung jawab
Melakukan tanggung jawab sangatlah penting, agar atasan maupun bawahan dapat melakukan semua tugas dan kewajibannya dengan penuh tanggung jawab, bekerja sungguh-sungguh dan tidak main-main. Pertanggungjawaban oleh bawahan terhadap atasan harus mengikuti garis kekuasaan pendelegasian wewenang.
7.Asas Pembagian Kerja
Pembagian kerja pada sebuah organisasi adalah kewajiban yang bersifat mutlak, jika tidak kemungkinan akan terjadi pengaruh terhadap efektivitas kerja pada pekerjaan yang dilakukan. Adanya sebuah kerja sama untuk melalui proses pembagian kerja, di dalam pembagian penetapan sebuah tugas, kegiatan dan pekerjaan yang berkaitan dalam satu unit kerja tertentu. Dengan ditetapkannya pembagian kerja yang jelas, tetap dan sesuai maka setiap anggota akan menjalankan kerjanya dengan baik.
8.Asas Penempatan Personalia
Setiap orang-orang yang ditempatkan pada setiap tugas dan tanggung jawab yang sudah diberi, agar terciptanya organisasi yang efektif maka penempatan karyawan harus sesuai dengan kompetisi, kecakapan dan keahlian bidang-bidang masing-masing.
9.Asas jenjang Berangkai
Suatu rangkaian dari jalannya wewenang atau perintah yang diperintahkan dari atasan (pimpinan) ke bawah yang sifatnya tidak terputus-putus dan menempuh jarak terpendek.
10.Asas Kesinambungan.
Organisasi harus mengusahakan bagaimana cara untuk menjamin kelangsungan bertahannya organisasi. Untuk dapat melanjutkan kegiatan operasional, pendiri organisasi dalam sarana dan prasarana yang memadai harus diperhatikan.
11.Asas Efisiensi.
Sebuah organisasi harus dapat memprioritaskan penempatan dimana tugas-tugas yang perlu dilakukan terlebih dahulu untuk mendapatkan hasil yang baik bahkan yang sempurna. Diharapkan organisasi dapat mencapai dengan pengorbanan yang minimal tetapi tujuan yang maksimal.
12.Asas Koordinasi.
Setelah prinsip-prinsip lain telah berjalan seperti yang diharapkan maka selanjutnya adalah sinkronkan dan integrasikan semua tindakan dan aktivitas agar terarah dengan tujuan yang ingin dicapai.
Gereja sebagai Organisme
Dr.Berkhof, berpendapat bahwa gereja hadir untuk memperluas Injil dan karya keselamatan Allah ditengah-tengah dunia. Sementara Dr.Enklaar lebih menekankan bahwa gereja adalah persekutuan orang-orang percaya bersama dengan Kristus.
Gereja sebagai perkumpulan, perhimpunan, dan persekutuan dengan Kristus hadir ditengah-tengah dunia untuk memperdamaikan dan memulihkan hubungan Allah dengan manusia yang rusak oleh karena dosa. Gereja ada dalam kebersamaan yang khas dari orang-orang percaya kepada-Nya, mereka bersekutu di bawah naungan Yesus Kristus. Karya Yesus Kristus yang dinyatakan pada orang-orang percaya sebagai Firman dan dijadikan sebagai pedoman hidup.
Gereja adalah merupakan umat pilihan Allah dalam menerima dan melaksanakan misi Allah, yaitu pemberitaan Injil keselamatan yang tersedia di dalam Yesus Kristus. Gereja punya tanggungjawab untuk melaksanakan misi Kristus, yakni misi pendamaian, sebagaimana Kristus yang melakukan pendamaian bagi semua orang dengan kasih-Nya. Orang yang membawa misi pendamaian Allah adalah mereka yang disebut dengan anak-anak Allah.
Disaat Gereja dinyatakan sebagai pelaksana misi Allah bagi dunia, maka Gereja sebagai organisasi dan organisme bertanggung jawab penuh pada pelaksanaan tugas yang diberikan. Bahkan sehubungan dengan tugas Gereja sebagai pelaksana misi Allah, Yesus menggambarkannya sebagai pemegang kunci kerajaan surga, “kepadamu akan kuberikan kunci kerajaan surga, apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di surga dan apa yang kau lepaskan di dunia ini akan terlepas di surga (Matius 16:19). Hal ini menggambarkan kepercayaan Allah secara penuh kepada gereja dan sekaligus menggambarkan besarnya tanggungjawab.
Organisasi Gereja yang Dialogis
Dalam perjumpaan para teolog dan pendidik Asia, istilah dialog dipakai sebagai metafora inklusif bagi hubungan antar agama yang positif di antara masyarakat yang berbeda tradisi imannya.
Tom Michael yang telah bertahun-tahun sebagai imam misionaris katolik di Indonesia dan Thailand, memaparkan bahwa dialog antar agama di Asia terjadi dalam berbagai bentuk, antara lain:
Dialogue of Being (dialog menjadi): Dialog yang menjadi suatu kehadiran yang positif di antara yang lain demi kebersamaan atau berada dengan yang lainnya.
Dialogue of Doing (dialog melakukan): Dialog yang bertujuan untuk melakukan aksi bersama dalam menjawab persoalan yang menjadi keprihatinan masyarakat tanpa memandang latar belakang kepercayaan dan agama mereka, misalnya masalah perdamaian, keadilan, hak asasi manusia, membantu korban bencana dan sebagainya.
Dialogue of ideas (Dialog pikiran): Dialog dalam berbagi dan bertukar pikiran melalui studi bersama agar saling memahami, demi memperluas wawasan dan perspektif.
Dialogue of Experiences (Dialog pengalaman) : Dialog dalam berbagi pengalaman kemanusiaan dan keagamaan untuk memperkaya iman dan spiritualitas.
IV. Memberitakan Belas Kasih Allah melalui Organisasi Gereja yang Dialogis
Gereja sebagai milik Allah memiliki tugas panggilan untuk memberitakan belas kasih Allah.
Allah yang penuh belas kasih didalam Yesus Kristus, menawarkan makanan kepada mereka untuk mengurangi rasa lapar mereka. Dia bertindak berdasarkan belas kasih, ketika Dia menawarkan persahabatan, penyembuhan dan pembebasan untuk memulihkan kepenuhan hidup mereka. Dengan belas kasih, Dia makan bersama segala macam orang terutama dengan mereka yang membutuhkan kabar baik mengenai kasih dan kehidupan baru didalam Kerajaan Allah.
Dalam belas kasih Ia menawarkan hidup-Nya pada masyarakat yang paling kecil dan yang paling hina.
Belas kasih membuka pintu bagi pertemanan (berbagi makanan bersama) dan persekutuan (berbagi kehidupan bersama), yang mengarah kepada pembangunan komunitas yang sejati (hidup bersama dalam perdamaian dan keadilan).
V. Kesimpulan
Gereja sebagai organisasi dan organisme terpanggil untuk mewartakan belas kasih melalui organisasi Gereja yang dialogis.(Redaksi)