
Rempang Berduka, Sudah Tidak Adakah Keadilan Untuk Rakyat
Medan-Suaraakademis.com||Kalian memang keterlaluan itulah prasa yang paling pas ditujukan kepada para petinggi negeri ini, ditangan merekalah langkah perjalanan bangsa dan negeri ini semakin terpuruk disebabkan pengelolaan yang salah urus.
Tampaknya segenap sendi kehidupan berbangsa dan bernegara sudah mengarah ke situasi yang salah arah dan di persimpangan jalan.
Semua perangkat negara baik legislatif, eksekutif dan yudikatif sudah berjaya di hipnotis secara berjamaah oleh cukong politik yang meluluhlantakkan tatanan demokrasi, politik, Ekonomi, ideologi, pendidikan, dan pertahanan keamanan sehingga tidak berdaya lagi berpihak kepada rakyat.
Belum lagi kami lupa dengan gonggongan perpanjangan jabatan sehingga rakyat terperangah melihat perangai politik kalian sehingga sanggup menginjak-injak konstitusi.
Kalian menyuruh rakyat taat hukum tapi justru kalian yang membuat contoh buruk terhadap kepatuhan hukum. ( Prof Ibrahim Gultom)
PENEGAK HUKUM AKHIR ZAMAN
Riwayat ath -Thabrani dalam dalam Al – Kabir.
“Akan ada di akhir zaman para penegak hukum yang pergi dengan kemurkaan Allah dan kembali dengan kemurkaan Allah, maka hati-hatilah engkau agar tidak menjadi kelompok mereka.
Sejarah Pulau Rempang
Lokasi Rempang tepat berada di hadapan pulau Bintan dengan luas sekitar 375 km2, terdiri atas 2 buah desa yaitu Cate dan Sembulang.
Pulau ini mulai dikenal ketika Galang di jadikan lokasi penampungan pengungsi Vietnam di era 1970-an silam.
Sejarah Pulau Rempang dan Galang bermula penaklukan yang dilakukan Belanda terhadap Kerajaan Melayu Riau pada tahun 1784 ini menimbulkan rasa tidak puas yang mendalam pada beberapa pemimpin kerajaan melayu Riau.
Secara diam-diam telah diorganisir suatu gerakan yang dikenal dengan gerakan lanun (gerilya di laut).
Gerakan ini bertujuan merebut kembali kedaulatan kerajaan melayu Riau ( info Kemendikbud.go.id)
Keberadaan orang darat di pulau Rempang (Batam) dalam sejarah arsip kolonial Belanda pada tanggal 4 Februari 1930 jauh sebelum Indonesia merdeka.
Melihat kasus Rempang yang rusuh antara aparat dan rakyat jelas pemantiknya adalah kesewenang-wenangan pemerintah yang memberi ruang kepada investor.
Ini mengingatkan kita kasus Wadas di Jawa Tengah dalam merusak lingkungan, menggusur hunian warga yang telah turun temurun bermukim di sana.
Tampak nyata cengkraman Oligarki, sehingga mampu menggerakkan perangkat negara berhadapan dengan rakyatnya sendiri.
Saksikanlah wahai kawan sebangsa saat ini Ibu Pertiwi merintih dan menangis, wahai anakku dimana kamu nak??
Kenapa engkau biarkan saudara – saudara mu kehilangan lapangan pekerjaan, kenapa engkau biarkan tenaga kerja asing dan Aseng masuk ke negaramu nak??
Kini Ibu Pertiwi sedang sedih yang teramat perih menyaksikan kesewenang-wenangan dan ketidak Adilan di negeri ini.
Oleh: A.A Darwis